China

Ketersediaan jaringan 5G yang cepat di China bukanlah kejutan bagi siapapun. Negara tersebut telah mencapai kemajuan besar dalam bidang ini meskipun krisis yang disebabkan oleh pandemi COVID-19.

Menurut para pakar GSMA Intelligence, pada 2025 jumlah koneksi 5G di negara tersebut akan mencapai 600 juta, yang akan membuat China pimpinan tak tergoyahkan dalam penggunaan komersial teknologi baru ini.

Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi Republik Rakyat China mencatat bahwa sejak awal epidemi, negara tersebut telah mendaftarkan penggunaan 5G yang lebih aktif dan menyebar di area-area tertentu seperti perawatan medis, pendidikan, dan kerja jarak jauh.

Korea Selatan

Di Korea Selatan, 66% koneksi seluler akan menggubakan 5G pada pertengahan dekade mendatang. Lebih dari 34.000 stasiun pangkalan 5G yang telah beroperasi (khususnya di Seoul dan kota besar lainnya di negara ini). Sejumlah perusahaan telekomunikasi seperti SK Telecom, KT, dan LG Uplus telah terlibat dalam konstruksi jaringan 5G.

Pemerintah mendukung dan bekerja sama dalam mengembangkan jaringan generasi 5G. Pemerintah juga fokus pada industri kendaraan tanpa awak dan kesehatan digital. Baru-baru ini, otoritas Korea Selatan telah berjanji akan mengurangi pajak hingga 3% untuk pembangunan infrastruktur 5G. Presiden Korea Selatan mengatakan bahwa negaranya akan menciptakan 600.000 lapangan pekerjaan dan industri ekspor berbasis 5G senilai $73 miliar pada 2026.

AS

Pakar GSMA Intelligence memperkirakan bahwa pada 2025, cakupan jaringan 5G di AS akan mencapai 50%.

Sejak Februari 2020, Dell Technologies, Microsoft, dan AT&T telah mengembangkan perangkat lunak untuk jaringan telekomunikasi 5G agar dapat mengurangi kebergantungan pada Huawei China. Selain itu, raksasa teknologi China tersebut telah menghadapi pengawasan yang semakin ketat dari pejabat AS yang sebelumnya menuduh perusahaan tersebut sebagai mata-mata untuk pemerintah China.

Secara keseluruhan, AT$T berhasil mencapai hasil sementara dengan meluncurkan jaringan nasional. Perusahaan tersebut telah mengembangkan jaringan 5G untuk menjangkau lebih dari 50 juta orang di 32 kota. Bagaimanapun, perusahaan terutama menggunakan frekuensi rendah 850-MHz band, yang menyediakan jangkauan sinyal yang lebih jauh tapi dengan kecepatan yang lebih rendah.

Jepang

Pada pertengaghan dekade mendatang, jaringan seluler 5G di Jepang akan mencapai 49%.

Jepang yang juga bergabung dalam persaingan memperebutkan dominasi 5G, belum lama ini mengeluarkan pernyataan sensasional: Jepang telah meluncurkan pengembangan jaringan seluler 6G alam upaya untuk mencegah supremasi teknologi China.

Kini, 5G adalah jariangan paling maju dengan kecepatan maksimum 35 Gbit/s, sementara transfer pada jaringan 6G dikirimkan pada kecepatan yang sangat cepat 100 Gbit/s-1 Tbit/s.

Rusia

Di Rusia, bahkan pengembangan teknologi 4G tertinggal jauh di belakang negara-negara lainnya. Oleh karena itu, jaringan 5G kemungkinan belum akan diadaptasi di Rusia untuk waktu yang lama. Penerapan jaringan akses radio, jaringan transport dan pendukung di negara tersebut masih berlangsung. Jangkauan jaringan 4G di Rusia dapat dirasakan hanya di kota-kota besar dan peralihan ke jaringan 5G dapat terjadi baru pada 2024.

Institut Sains dan Teknologi Skolkovo menjalankan penelitian dalam bidang jaringan seluer 5G. Pada pertengahan 209, institut tersebut meluncurkan stasiun pangkalan 5G pertama dalam rangka kerja zona percobaan untuk pengembang perangkat Rusia. Namun, Rusia minim perangkat domestik untuk mengembangkan jaringan 5G. Oleh karena itu, negara ini kemungkinan tidak akan beralih ke teknologi 5G secepat negara maju lainnya.